Rabu, 20 November 2013

Sudut Lain Geneva

Rasa syukur saya, karena masih diberi kesempatan untuk yang kedua kalinya mengunjungi Kota Geneva Swiss. Kota termahal di Eropa dengan multi ras dibalut dengan hiruk pikuk para pekerja internasional menjadikan suasana yang sedikit berbeda dibanding kota-kota Eropa lainnya.

Tulisan kali ini tidak akan mengulas lagi cara hidup murah ala backpacker di Geneva (atau dalam bahasa Indonesia biasa kita sebut dengan Kota Jenewa) seperti tulisan saya sebelumnya. Saya akan menulis sudut pandang lain tentang kota ini.

Seberapa Ramah Geneva untuk Anda?
Dalam kunjungan saya ke Geneva kali ini, saya mengajak seorang teman yang kebetulan baru pertama kali berkunjung ke kota ini. Pertanyaan pertama yang ia lontarkan saat mendarat di bandara Kota Geneva adalah; seberapa aman kota Geneva untuk dikunjungi?Tidak banyak menjawab, saya langsung mengajak kawan saya untuk sekedar berkeliling di daerah Gare du Cornavin yaitu pusat transportasi Kota Geneva yang memadukan halte bus, stasiun tramp, dan stasiun kereta api. Betapa terkejutnya kawan saya, ketika mengetahui banyak pemuda (yang lebih tepat disebut preman) yang dengan cueknya mabuk di kawasan umum dan mengganggu para pengunggu bus di halte Cornavin. Beberapa diantaranya bahkan saling berkelahi satu sama lain.

Kondisi yang sama juga kami jumpai keesokan harinya. Terlihat beberapa 'preman' meminta uang dan rokok secara paksa kepada wisatawan atau pengguna bus di sekitar Gere du Cornavin.

Saya sampai lupa sudah berapa banyak orang yang memperingatkan saya perihal banyaknya modus kejahatan di Kota Geneva. Mulai dari tas kawan saya yang dicuri saat naik bus, pegawai perwakilan RI yang pernah di hipnotis di kawasan pusat perbelanjaan Manor, dan banyak peristiwa turis yang dompet, paspor, atau handphonenya di ambil sekawanan pencopet di sekitar Danau Lacman dan sekitar Gare du Cornavin.

Benar saja, hari pertama saya di Kota Geneva sudah mulai diusik oleh para penjahat kota. Seorang gadis cantik berbahasa perancis mencoba mengalihkan perhatian saya dengan mengajak saya berbicara dengan bahasa mereka. Tentu saya yang tidak berbahasa Perancis akan sedikit bingung. Pada kondisi bingung tersbeut, sang penjahat biasanya akan mengambil atau mencopet barang kita dengan cepat. Tapi untungnya, ditengah kebingungan saya memahami bahasa Perancis, saya masih diberi kesadaran untuk segera meninggalkan sang penjahat cantik yang sudah memandangi handphone di kantong kanan saya. Gagal buat mereka!

Tidak cukup sampai disitu, pada hari ketiga saya di Kota Geneva, saya dan teman-teman saya berkeliling mengunjungi kota Tua di dekat universitas Geneva. Pada saat berjalan kaki menuju Kota Tua, seorang lelaki dan perempuan muda beraksi dengan membuka resleting tas ransel kawan saya dari belakang. Modusnya adalah si perempuan membuka ransel, dan yang laki-laki menutupi pandangan saya yang kebetulan berdiri dibelakang kawan saya tersebut. Beruntung kawan saya menyadari ada yang berusaha membuka tas ranselnya dan akhirnya menarik tas yang sudah terbuka tersebut. Para penjahat langsung berbelok ke arah yang berlawanan dengan rute kami. Alamak!

Di hari keempat, penjahat kota semakin gila. Ketika saya dan kawan saya sedang menikmati secangkir kopi di Mc Donald rue de mont blanc, seorang perempuan muda kembali beraksi. Dengan membawa kertas brosur Mc Donald, dia langsung menghampiri kawan saya yang duduk didepan saya. Seketika brosur tersebut diletakkan di meja kami. Modusnya adalah brosur diletakkan menutupi handphone kawan saya, sambil bercerita panjang lebar dengan bahasa Perancis, sang penjahat cantik mengangkat brosur tersebut dari meja beserta handphone kawan saya. Kawan saya tidak menyadari karena masih bingung dan berusaha memahami bahasa sang penjahat. Hanphone yang sudah diambil tidak disadari sama sekali oleh kawan saya, namun beruntung saya masih melihat ketika brosur dan handphone diangkat dari meja. Seketika saya tahan tangan penjahat tersebut sambil menjatuhkan brosur yang diangkat tersebut, brosur yang terjatuh secara otomatis ikut menjatuhkan handphone yang telah berhasil diangkat oleh penjahat tesebut. Menyadari aksinya diketahui, sang penjahat pun dengan cuek dan tersenyum meninggalkan kami, di luar gerai Mc Donald, kawan sang penjahat sudah menanti  dan menertawakan kegagalan partnernya. Tidak ada penyesalan, tidak ada ketakutan di wajah mereka, tidak ada langkah terburu-buru saat mereka meninggalkan kami, tidak ada orang peduli dengan yang kami alami, semuanya cuek, dan menganggap hal wajar atau biasa terjadi.

Dari situ kami menyadari sisi individualitas masyarakat Geneva, tidak ada rasa kebersamaan, prilaku guyub, dan minimnya kepedulian terhadap orang lain. Mungkin dihati mereka, urusan penjahat kota adalah urusan polisi dan bukan tanggung jawab mereka sebagai warga kota yang baik. Kenyataan yang paling menyedihkan dari kota Geneva ini adalah korban kejahatan terbanyak adalah para Tourist maupun pengunjung dari kota atau negara lain. Ironis..!

Kota Tua Geneva
Saya lupakan sejenak kegaduhan para penjahat Kota Geneva, saya amati satu persatu sudut kota ini. Geneva, tidak seperti halnya Jakarta atau kota-kota besar lainnya di dunia, tidak memiliki gedung-gedung pencakar langit yang menjulang ke angkasa. Bangunan di Geneva didominasi bangunan semi modern yang dipadukan dengan bangunan-bangunan tua. Perkantoran organisasi-organisasi internasional pun tidak menampilkan kemegahan gedung-gedung tinggi. Corak sederhana, bahkan terlihat oldiest dengan gaya arsitektur yang terlihat kaku namun sangat efektif dan efisien.

Dalam kunjungan kali ini saya menginap di Hotel Cr**tal D****n di samping Starb**k kawasan Cornavin. Selama 4 hari di hotel tersebut saya dikenakan biaya sebesar 712 CHF (sudah termasuk pajak 3% per hari) untuk dua orang dalam satu kamar. Kamar tersebut saya booking langsung dari web site B**k**ng.com. Pertimbangan saya menggunakan web site tersebut sama seperti pertimbangan orang pada umumnya, yakni web tersebut tidak mengenakan charge jika kita membatalkan menginap di hotel yang kita booking tersebut sekurang-kurangnya 3 hari sebelum kita menginap.

Tarif hotel tersebut terbilang cukup murah, meskipun tidak semurah tarif tempat saya menginap pada kunjungan saya di Kota Genava. Sebetulnya jika kita datang ke Geneva dengan jumlah orang lebih dari 2 atau 3 orang, pilihan menginap yang murah bisa juga memilih tinggal di adegio aparthotel di sekitar Rue des Alpes. Selain murah (cukup 1000 CHF selama 4 hari), apartemen hotel tersebut bisa digunakan oleh lebih dari 3 orang. Dengan 2 kasur dan 2 sofa bed, apartemen hotel tersebut sangat layak untuk dihuni. Didalamnya sudah tersedia kitchen set beserta microwave nya dengan kamar mandi bath tub. Soal lokasi, apartemen hotel tersebut sangat strategis. Keluar dari lobi apartemen, tinggal hadap ke kiri kita bisa melihat langsung keindahan danau Lacman dan air mancur Jet D'Eau. Seberang apartemen hotel kira-kira 50 meter kita sudah sampai di Gare de Routierre yaitu terminal bus Kota Geneva yang menghubungkan Kota Geneva dengan kota-kota di sekitarnya (Bern, Interlaken, Zurich, dll), bahkan ke kota negara tetangga (Prague, Berlin, dll). Belum lagi se sepanjang jalan rue des alpes tersebut terdapat banyak penjual cinderamata khas Geneva. Jelas lokasi yang sangat bagus. Kelemahannya adalah butuh waktu sekitar 10-15 menit berjalan kaki dari stasiun kereta dan halte bus Gare du Cornavin.

Jika kita memutuskan untuk menggunakan jasa tour, kita juga bisa datang ke agen tour keytours di terminal tersebut. Paket tour yang ditawarkan beragam, dari mulai mengelilingi kebun anggur dan pabrik coklat di Gruyere, mengunjungi kastil di Chillon, Mountreoux, bahkan bermain ski di pegunungan Mont Blanc. Soal harga jelas mahal, untuk tour sekitar 6 jam di kawasan Gruyere, setidaknya kita harus membayar sekitar 118 CHF. Belum lagi jika kita hendak ke kawasan Mont Blanc yang merupakan wilayah negara Perancis, tentu tarifnya lebih mahal lagi (rata-rata lebih dari 200 CHF). Lebih lengkapnya Anda bisa baca sendiri di web site mereka di www.keytours.ch.

Satu hal yang cukup mengejutkan kami adalah, ketika kami mengunjungi Tourist Information Center di rue de Mont Blanc, petugas yang berjaga tidak bisa memberikan gambaran tentang biaya dan efektifitas transportasi yang diperlukan untuk rute wisata ke tempat-tempat yang kami tanyakan seperti Mount Titlis ataupun Jungfraujoch. Mereka mengaku hanya dapat memberikan gambaran tentang wisata di sekitar Kota Geneva. :)

Jika Anda penasaran tentang harga barang-barang di Kota Geneva, berikut saya tampilkan nama barang dan harganya, siapa tau bermanfaat:

1. Souvenir Magnet Kota Geneva -- harga 5-10 CHF
2. Aneka Gunting, Pisau, Perkakas Victorinox -- harga 16 - 40 CHF
3. Kaos Anak -- harga 18 - 22 CHF
4. Kaos Dewasa -- harga 24 - 32 CHF
5. Gantungan Kunci -- harga 4 - 10 CHF
6. Air mineral kecil 500 liter -- harga 2.5 - 6 CHF
7. Beras Asia 1 liter -- harga 6 - 12 CHF
8. Coklat batang ukuran sedang -- harga 6 - 12 CHF
9. Paket coklat kecil bungkus -- harga 8 - 15 CHF
10. Gelas souvenir Kota Geneva -- harga 6 - 15 CHF
11. Coklat dalam box alumunium -- harga 14 - 20 CHF
12. Paket Mc Donald Burger, kentang dan Minum per paket -- harga 22 CHF
13. Kebab Gallete Istanbul tanpa minuman per porsi -- harga 12 CHF
14. Nasi Briyani dengan Daging kambing/Ayam per porsi -- harga 18 CHF
15. Kopi Starcbuck per gelas -- harga 3.5 - 10 CHF
16. Roti Croissann 1 buah -- harga 3 - 7 CHF
17. Topi laki-laki -- harga 15 - 25 CHF
18. Jam tangan laki-laki -- rata-rata harga 120 - 400 CHF
19. Jam tangan perempuan -- rata-rata harga 110 - 400 CHF

Kesimpulan saya pada kunjungan kali ini adalah Kota Geneva bukan merupakan kota yang patut direkomendasikan untuk kunjungan wisatawan. Selain sangat mahal, kota ini kurang aman dan nyaman bagi pengunjung yang bertujuan sekedar berwisata. Pilihan lokasi wisata di kota ini sangat terbatas, hanya danau Lacman, air mancur Jet D'Eau, museum, gedung-gedung PBB, dan bangunan kota tua yang terbilang layak untuk diabadikan dan disimpan dalam kamera Anda. Selebihnya hanyalah serupa dengan kota-kota Eropa pada umumnya.